Mantra Swara? Apakah itu? Pernahkah Anda perhatikan, mengapa sebagian Bhiksu, Kiyai, Pendeta, Pastor, mempunyai suara yang bagus-bagus? Bagus, dalam arti jernih, bulat, berdiafragma, dan menimbulkan getar-getar kewibawaan, meskipun disampaikan dengan nada rendah.
Atau, pernahkah Anda membayangkan, betapa merdunya suara Yesus Kristus atau Isa Al-Masih, ketika berkhotbah di atas bukit. Betapa membahananya suara Musa, sewaktu menyampaikan sepuluh perintah Tuhan, sekembalinya dari Thursina (Gunung Sinai). Betapa hangatnya suara Rasulullah Muhammad SAW sewaktu berkhotbah di hadapan umatnya, kaum Muhajirin dan Anshar. Pun, betapa lembutnya suara Siddharta Gautama, tatkala menyampaikan inti ajaran Buddha di sebuah taman di Bodhgaya. Itulah suara-suara yang penuh keagungan, yang menyeruak dari kedalaman diri, yang bergetar dilingkupi frekuensi Illahi.
Sejarah agama-agama mencatat, manusia-manusia agung itu (Musa, Yesus, Muhammad, Buddha Gautama) telah berhasil memberikan pencerahan kepada sejumlah umat pada zamannya, melalui suara mereka yang penuh wibawa. Tidak ada catatan dalam sejarah bahwa mereka pernah bersuara serak, atau melengking memekakkan telinga.Justeru sebaliknya, catatan-catatan para ahli sejarah menyebutkan bahwa suara para pembawa ajaran Tuhan itu, mampu membuat para pendengarnya terhenyak, dan menikmati kata demi kata yang mereka sampaikan.
Mungkin Anda akan mengatakan, lumrah saja bila Musa, Yesus, Muhammad dan Buddha Gautama mempunyai suara-suara yang bagus, karena mereka memang disiapkan untuk menyampaikan ajaranNya. Sehingga para beliau itu dibekali suara yang bagus-bagus, tanpa harus dilatih terlebih dulu.
Tetapi tidakkah Anda membayangkan, apa yang dilakukan para Kekasih Tuhan itu ketika berada dalam kesendirian? Mereka bermunajat. Berkomunikasi dengan Tuhan, seraya menyebut nama Tuhan dengan penuh keagungan, dengan nada rendah dan tarikan nafas yang halus. Berulang-ulang mereka ucapkan nama Tuhan dengan penuh rasa cinta, melalui getaran-getaran diafragma. Itu yang menyebabkan suara mereka semakin merdu, melengkapi kemerduan yang memang telah dianugrahkan Tuhan kepada mereka.
Suara, merupakan anugrah Tuhan. Sang Pencipta Yang Maha Baik itu telah membekali manusia dengan berbagai jenis atau warna suara yang bagus-bagus, yang oleh manusia kemudian didefinisikan atau dipilah-pilah sebagai Bas, Bariton, Tenor, Alto, Sopran dan lain sebagainya.Jenis atau warna suara yang bagus-bagus ini adalah fitriah, alias tidak bisa diubah oleh manusia. Yang dapat diubah hanyalah “power”nya, lalu intonasi, artikulasi dan diksinya. Semua itu perlu dilatih secara intensif, sehingga menghasilkan suara yang berkualitas, bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk si empunya suara.
Bagusnya ciptaan Tuhan berupa suara itu, dapat kita poles atau kita perbagus lagi dengan modal yang juga diberikan Tuhan kepada manusia, yaitu napas dan energi. Dengan demikian, semua pemberian Tuhan kita manfaatkan, dan dengan memanfaatkan semua pemberian Tuhan, berarti kita telah mensyukuri nikmat Tuhan.
Tulisan ini saya buat sebagai sumbangan bagi dunia Olah Suara. Semoga dapat dimanfaatkan oleh siapa pun, yang dalam profesinya sangat berkaitan dengan urusan “tarik suara”. Baik itu penyanyi, presenter radio dan televisi, para politisi dan pejabat yang sering tampil berbicara di depan khalayak, para pengajar atau bahkan para penyebar ajaran keagamaan dan spiritualisme.
Dengan pengalaman bertahun-tahun sebagai penyiar radio, pelatih teater dan instruktur voice training untuk para presenter televisi, ditambah pengamatan intens terhadap para pelaku atau pekerja tarik suara, saya menyodorkan cara yang sangat ampuh, guna mengeksplorasi power (kekuatan) suara. Yaitu dengan melafalkan Mantra Swara secara rutin, dengan teknik yang tepat.
Pernapasan Perut
Apakah Pernafasan perut itu?
Suara yang kita keluarkan melalui mulut, pada hakikatnya didorong oleh napas yang kita hembuskan dari dalam rongga tubuh kita. Kualitas napas yang kita hembuskan (exhale) sangat bergantung dari cara kita memasukkan atau menarik napas (inhale) melalui hidung. Napas yang pendek akan menghasilkan suara yang pecah, terengah-engah dan volume yang tidak konstan.Panjang pendeknya napas ini, ditentukan oleh teknik pengambilan napas yang benar. Bila napas yang kita hirup, kita simpan di dalam rongga dada, maka hasilnya adalah napas yang pendek. Tetapi bila kita terbiasa menarik napas lalu menyimpannya di dalam perut, niscaya napas kita pun akan panjang dan teratur. Ini yang disebut teknik pernapasan perut, dan merupakan cara yang lumrah digunakan dalam dunia olah suara. Cara yang juga diterapkan oleh para pelaku yoga dan meditasi.
Pentingnya Pernafasan Perut
Mengapa kita harus membiasakan diri menggunakan teknik pernapasan perut? Karena sebenarnya, secara naluriah, kita bernapas dengan teknik pernapasan perut. Coba saja perhatikan orang yang sedang tidur terlentang, perutnya akan tampak turun-naik seiring inhale dan exhale yang dilakukannya.Begitu pula bila seseorang sedang mengalami stres, biasanya tanpa sadar ia akan menarik napas panjang dengan teknik pernapasan perut. Kondisi di bawah sadar ini merupakan kondisi naluriah atau instinktif. Jadi, melatih pernapasan perut, sama saja dengan mengembalikan naluri kita, refleks kita.
Cara memaksimalkan Pernafasan Perut
Terlentang atau berbaring
Coba lagi perhatikan bila Anda bangun tidur (dengan tidur yang berkualitas tentunya), Anda akan merasakan suara Anda lebih berat, lebih bulat. Sekarang, terlentanglah di atas alas yang datar tanpa bantal. Badan lurus mulai dari kepala hingga ujung kaki. Tangan terlentang. Tutup mata perlahan, lalu tarik napas pelan-pelan melalui mulut, simpan sejenak di dalam rongga perut. Setelah itu hembuskan melalui mulut, juga pelan-pelan. Lakukan itu berkali-kali, seraya berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan oksigen gratis sejak Anda bersemayam di dalam kandungan, hingga detik ini ketika Anda membaca tulisan ini. Oksigen yang selalu Anda hirup sebagai penopang utama hidup Anda.
Berdiri atau duduk
Cara ini juga dapat Anda lakukan sambil berdiri, atau duduk santai dengan punggung lurus. Bila teknik pernapasan perut ini Anda nikmati sepenuhnya, secara berangsur akan Anda rasakan otot-otot tubuh Anda mengendur. Sehingga stres pun tereliminasi. Efek sampingnya, Anda akan mengantuk. Tidak apa-apa. Tidur saja. Tidur juga anugrah Tuhan yang dapat membuat kita segar. Tetapi kalau bisa, jangan dulu tidur, karena Anda sedang berlatih teknik pernapasan.
Usahakan untuk tidak menyimpan napas di dalam dada, karena cara itu hanya akan menyebabkan paru-paru Anda bekerja ekstra keras. Fungsi paru-paru hanya sebagai respirator atau pemompa napas. Biarkan rongga dada hanya menjadi jalur yang dilewati inhale dan exhale. Tugas menyimpan dan mendorong napas kita berikan kepada perut, rongga terbesar dalam tubuh manusia.
Bila Anda telah berhasil melatih diri Anda dengan sistem pernapasan perut (abdominal/belly breathing system), kini cobalah hembuskan napas yang tersimpan di dalam perut itu dibarengi dengan suara A, O, U atau I sepanjang-panjangnya, sampai cadangan napas di dalam perut Anda habis. Jangan berteriak. Ucapkan huruf-huruf vokal itu dengan nada dasar do, dalam satu hembusan napas. Lakukan berulang-ulang. Tarik napas melalui hidung sepanjang-panjangnya. Simpan sejenak di dalam perut. Lalu hembuskan sambil bersuara seperti di atas.
Melafalkan Mantra Swara Secara Berirama
Agama Budha
Kini tiba saatnya Anda melafalkan Mantra Swara. Ini adalah istilah saya sendiri, untuk menyebut puji-pujian kepada Tuhan, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi diafragma. Cobalah Anda perhatikan para Bhiksu Buddha yang sedang membacakan puji-pujian. Mereka menyampaikannya dengan nada rendah dan panjang. Tirulah irama yang disenandungkan para Bhiksu ketika melafalkan puji-pujian tersebut. Tariklah napas sedalam-dalamnya melalui hidung. Simpan napas itu sejenak di dalam perut. Lalu hembuskan napas Anda melalui mulut sambil mengucapkan setiap kalimat di bawah ini dengan nada yang konstan dan dengan satu tarikan napas:
Namo Sanghyang Adhi Buddhaya, Namo Buddhaya.
Namo Sanghyang Avalokitesvara Bodhisatva Mahasatva.
Namo Sanghyang Maitreya Buddhaya.
Namo Amitabha Buddhaya.
Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambudassa.
Sambil mengucapkan kalimat-kalimat ini, coba rasakan getaran-getaran diafragma di sekujur punggung, dengan menempekan salah satu telapak tangan Anda ke daerah punggung. Bila punggung Anda belum terasa bergetar, berarti masih ada yang salah dalam cara Anda menarik napas. Atau karena Anda “mencuri” napas di tengah kalimat yang Anda ucapkan. Jadi, berusahalah jujur pada diri sendiri dengan tidak mencuri napas.
Apakah hanya puji-pujian dalam agama Buddha saja yang bisa digunakan sebagai Mantra Swara? Tentu saja tidak. Puji-pujian dalam agama apa pun, bisa Anda gunakan sebagai Mantra Swara. Bila Anda seorang Muslim, misalnya, Anda dapat mengucapkan kalimat-kalimat dzikir dan do’a di bawah ini, dengan satu tarikan napas. Caranya sama. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, simpan sejenak di dalam perut, lalu hembuskan napas Anda melalui mulut seraya melantunkan kalimat-kalimat ini sampai cadangan napas di dalam perut terkuras habis:
Agama Islam
Subhanallah Walhamdulillah Walailaha ilallah Wallahu Akbar.
Lailaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minaddzalimin.
Subbuhun Quddusun Rabbuna Warabbul Malaikati Warruh.
Hasbiyallahu Lailaha illa Huwa, 'Alaihi Tawakkaltu wa Huwa Rabbul 'Arsyil 'Adzim.
Astagfirulahal'adzim ... alladzi Lailaha illa Huwal Hayyul Qayyum wa Atubu Ilaih...
Jika Anda seorang penganut Hindu, ucapkan Mantra Gayatri dengan teknik seperti di atas:
Om bhur bhuvah svah tat savitur varenyam.
Bhargo devasya dhimahi dhiyo yo nah pracodayat.
Tentu terlalu berat bila Anda mengucapkannya mulai dari Om hingga pracodayat dengan hanya satu tarikan napas. Bagi dua saja. Satu tarikan napas mulai dari Om hingga varenyam. Lalu satu tarikan napas lagi mulai dari bhargo devasya hingga pracodayat.
Agama Katholik
Bila Anda seorang penganut Kristen atau Katholik, coba lantunkan lagu Amazing Grace, satu bait saja, dengan tarikan napas yang teratur dan dengan suara rendah:
Amazing grace, how sweet the sound.
That saved a wretch like me.
I once was lost, but now I’m found,
Was blind, but now I see.
Saya tidak meminta Anda menyanyikan lagu Amazing Grace ini dengan satu tarikan napas untuk setiap baitnya. Saya hanya meminta Anda untuk menyenandungkannya dengan nada rendah dan dengan teknik pernapasan perut. Menarik napas melalui hidung dan menghembuskannya pelahan melalui mulut sambil mengumandangkan lirik-lirik agung ini dengan penuh kontemplasi. Jangan sekali-sekali menarik napas melalui mulut untuk mencuri napas di tengah-tengah lagu, ketika Anda merasa mulai kehabisan napas.
Mantra Swara lainnya
Ini hanya beberapa contoh saja dari berbagai Mantra Swara yang dapat Anda gunakan untuk mengeksplorasi power atau kekuatan suara Anda. Anda bisa menambahnya dengan puji-pujian yang lain, sesuai keyakinan agama Anda.Namun berdasarkan uraian ini, terjawablah pertanyaan di awal tulisan: mengapa sebagian Bhiksu, Kiyai, Pendeta, Pastor, mempunyai suara yang bagus-bagus? Mengapa Musa, Yesus, Muhammad, Buddha, memiliki suara-suara yang penuh keagungan? Karena mereka rajin memuji Tuhan dengan penuh cinta, penuh rasa hormat.Mereka lantunkan puji-pujian itu dengan suara rendah, khidmat dan dengan napas teratur. Mengapa tidak kita tiru mereka? Melatih suara kita, sambil memuji Tuhan. Dan, Tuhan pun, akan melimpahkan energi positif yang takkan pernah ada habisnya.
Video Aplikasi Mantra Swara
Silahkan lihat video berikut ini untuk penerapan latihan Mantra Swara secara visual :
Pelatihan Mantra Swara (Voice Training ) Senopati Edukasi Cendekia
Ingin mengikuti pelatihan Mantra Swara ini secara berkesinambungan dengan panduan trainer? Silhakan hubungi tim kami melalui live chat, kunjungi workshop atau buat janji bertemu, saya akan dengan senang hati memandu anda semua. Berikut konta info kami secara lengkap :
Buat Janji dengan kami :
Penulis
Billy Soemawisastra
Luar biasa…ternyata kekuatan suara sangat oenting bagi presenter..terimakasih Pak Billy
Terimakasih banyak, semoga bermanfaat